
Sejarah
Menururt informasi, di sekitar Pura juga terdapat mata air tawar dan dapat dilihat bila air laut sedang surut. Keberadaan mata air itulah yang menjadi salah satu pertimbangan ketika Tanah Lot dipilih sebagai lokasi pura tersebut. Kata Tanah Lot terdiri dari kata tanah yang diartikan sebagai batu karang yang menyerupai gili atau pulau kecil. Lot atau Lod berarti laut.Tanah Lot dimaksudkan sebagai pulau kecil terapung di tengah lautan. Data Arkeologis. Pada sebuah bangunan atau pelinggih yang dinamakan tugu di dapati sebuah menhir yang berfungsi antara lain sebagai media pemujaan untuk memuja potensi dan kekuatan alam - mungkin disini berhubungan dengan potensi laut. Pelinggih ini terletak di halaman teratas dari Pura Tanah Lot. Pada pelinggih Tugu tersebut huga didapati sebuah lingga yang berfungsi untuk memuja Dewa Siwa guna memohon keselamatan.

Berdasarkan kondisi lingkungan , maka struktur Pura Tanah Lot dibangun pada datarn batu karanng yang tidak beraturan sudut-sudutnya yang hanya terdiri dari satu dataran / halaman sebagai Jeroan. Pada halaman ini terdapat bangunan inti antara lain : meru tumpang lima, media pemujaan untuk memuja “Bhtara Segara” atau Dalem Tengahing Samudra yaitu Dewa Baruna penguasa lautan, dan meru tumpang tiga , media pemujaan bagi keagungan Danghyang Nirartha yang berjasa melestarikan dan mengembangkan ajaran-ajaran agama dan kebudayaan Hindu.
Fungsi Pura Tanah Lot dapat diketahuio antara lain dari fungsi “palinggih inti “ (bangunan utama) yang terdapat pada halaman jeroan yaitu : untuk memuja Dewa Baruna atau Bhatara Segara yaitu penguasa potensi laut dengan media pemujaan meru tumpang 5, dan untuk memuja serta menghormati Danghyang Nirartha (Danghyang Dwijendra) sebagai Bhtara Sakti dengan media pemujaan meru tumpang 3.
No comments:
Post a Comment