Menu

Tuesday, December 23, 2014

Pura Taman Ayun Kawasan Pura yang Sangat Luas

Taman Ayun merupakan salah satu obyek wisata budaya yang berlokasi di desa Mengwi, kabupaten Badung dan berjarak sekitar 19 km di sebelah utara kota Denpasar. Untuk mencapai taman ini bisa melintasi jalan raya Denpasar - Gilimanuk atau melewati jalur Abiansemal dan hanya memakan waktu kurang lebih 30 menit. Taman Ayun merupakan sisa peninggalan bersejarah dari kerajaan Mengwi yang berbentuk taman peristirahatan atau taman rekreasi serta terdapat juga tempat untuk persembahyangan, pura Taman Ayun. Selain itu, terdapat juga Museum Manusia Yadnya yang letaknya bersebelahan di luar area Taman Ayun. Di museum ini dapat menyaksikan upacara kemanusiaan, mulai dari dalam kandungan hingga kematiannya.

Menurut sejarah, Taman Ayun dibangun oleh raja Mengwi, I Gusti Agung Ngurah Made Agung pada tahun 1634 yang dipergunakan untuk kalangan keluarga kerajaan Mengwi. Pada abad ke-17 kerajaan Mengwi adalah salah satu kerajaan di antara 8 kerajaan lain di Bali, yaitu Klungkung, Karangasem, Buleleng, Gianyar, Tabanan, Bangli, Jembrana, dan Badung. Namun dalam perkembangannya, kerajaan Mengwi ditaklukkan oleh kerajaan Badung. Pada masa itu taman ini sering digunakan sebagai tempat pertunjukkan kesenian dan
kebudayaan serta sering dipergunakan juga sebagai tempat menyabung ayam (tajen). Taman Ayun dengan penataan pertamanan tradisional Bali yang dikelilingi dengan sungai buatan, juga ditanami dengan berbagai jenis tanaman langka khas Bali. Taman Ayun juga merupakan satu kesatuan pura yang penataannya menyatu dengan lingkungan taman dan kolam di sekitarnya. Untuk mengunjungi Taman Ayun setiap pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 3.000,-.

Taman ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian luar (Nista Mandala), bagian dalam (Madya Mandala), dan bagian inti (Utama Mandala). Pada bagian luar terdapat sungai buatan yang mengelilingi Taman Ayun dengan lebar sekitar lima meter. Untuk memasuki bagian dalam hanya tersedia satu jembatan yang di ujungnya terdapat candi bentar yang merupakan pintu gerbang utama Taman Ayun. Pada bagian dalam atau Madya Mandala adalah taman dengan rerumputan hijau dengan sebuah kolam yang dilengkapi air mancur serta patung yang mengelilinginya, juga terdapat bangunan 'Bale Pertunjukkan' yang dilengkapi panggung kecil berukuran 10 x 5 meter.
 
Selain itu, terdapat juga 'Bale Kulkul' yang berada pada bagian sebelah barat taman dengan ketinggian bangunannya sekitar 15 meter dan 'Bale Daja' yang berada di bagian sebelah timur taman. Kulkul merupakan genta raksasa setinggi satu meter yang terbuat dari kayu berbentuk lonjong, yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara tradisional. Bila menaiki bagian paling atas 'Bale Kulkul', setiap pengunjung dapat menyaksikan seluruh bagian Taman Ayun dengan pemandangan di sekitarnya. Sedangkan 'Bale Daja' bentuknya seperti bale bengong dengan ukuran lebih besar yang beratapkan ilalang dan terbuka dengan lantai yang terbuat dari bata. Bale ini berfungsi sebagai tempat untuk pertemuan atau tempat sekeha gong bilamana ada upacara di Taman Ayun. Pada bagian inti atau Utama Mandala yang berukuran sekitar 20 x 20 meter, setiap pengunjung tidak diperkenankan untuk memasuki area tersebut. Karena Utama Mandala merupakan tempat Padmasana Singgasana Sang Hyang Tri Murthi, yaitu tempat pemujaan yang saling berdampingan dengan sekitar 50 meru dan paibon. (Meru adalah tempat di mana setiap umat Hindu meletakkan sesajen atau banten ketika bersembahyang).

Pura Taman Ayun memiliki keunikan dibandingkan dengan pura lainnya di Bali. Karena beberapa meru di pura Taman Ayun adalah meru tumpang solas, yaitu meru dengan atap yang bertumpuk ke atas berjumlah 11. Meru jenis ini biasanya hanya berada di tempat sembahyang milik para bangsawan (puri), bukan untuk warga biasa. Beberapa meru yang lain bertumpang bukan 11 melainkan 9 atau 5. Pada setiap meru di pura



Taman Ayun dibuat untuk menghormati leluhur mereka, seperti Meru Ulun Siwi yang dibuat untuk menghormati Dewi Kesuburan. Meru ini berada dekat dengan tempat subak atau sistem pengairan sawah tradisional Bali. Sedangkan Meru Pasek Buduk untuk menghormati leluhur dari desa Buduk, yang telah berjuang membela kerajaan Mengwi dari serangan kerajaan Blambangan dari pulau Jawa. Meru-meru tersebut dikelilingi dengan kolam air yang berisi bunga teratai selebar 2 meter.

GAMBAR SELENGKAPNYA






 

No comments:

Post a Comment